*Bisa Berdampak Penyakit Minamata
NGABANG. Limbah Pertambangan Emas Tanpa Izin di Kabupaten Landak harus benar-benar menjadi perhatian sumua pihak. Karena selain merusak lingkungan, juga limbah dari zat merkuri (air raksa) bisa mengancam kesehatan manusia hingga sampai keturunan yakni penyakit minamata.
“Penggunaan zat merkuri untuk pertambangan seperti emas bukan hanya di Indonesia melainkan di seluruh negara asia juga menggunakan ini. Merkuri ini sangat berbahaya selain mengancam lingkungan seperti air dan udara juga mengancam kesehatan manusia,” ungkap Sharad Adhikary Pembicara dari WHO yang diterjemahkan juru bicara Yuyun dari LSM Bali Fokus dalam acara Workshop Diskusi Kajian Pertambangan Tradisional dengan Pendekatan Minimalisasi masalah Kesehatan dan Pencemaran Lingkungan, di aula kecil kantor bupati Landak, Rabu (2/9) kemarin.
Diungkapkannya, ancaman merkuri ini bukan hanya bagi para pekerja tambang tersebut, juga beresiko bagi yang lainnya. Penggunaan merkuri dalam jangka panjang haris dihindari dan lebih efisien dengan menggunakan teknologi. “Tapi untuk pencegaan terus digali agar bisa digunakan dengan tidak menimbulkan dampak,” ujar Sharad.
Pembicara lainm DR Rachmadi Purnama dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dalam pemaparan juga menyatakan, bahaya penyakit minamata hingga sampai turunan manusia. Artinya, jika ada wanita hamil yang terkena bisa anaknya yang masih dalam kandungan. Karena penyakit ini tidak bisa dirasakan sekarang melainkan beerapa tahun mendatang akan terdampak. Ia juga mencontohkan kasus di cina akibat pertambangan, ada limbah merkuri yang dibuang air kemudian, dimakan planton, selanjutnya dimakan ikan kecil, sampai dimakan ikan besar. Kemudian dikonsumsi manusia, maka langsung sampai menyerat ke syaraf manusia. “Ciri-ciri menyakit minamata diantaranya kejang-kejang, ini tidak hanya bisa menimba anak-anak tapi orang dewasa juga bisa terkena,” ungkapnya dihadapan peserta workshop sambil di putar film kasus yang terjadi di cina tersebut.
Menurut laporan Plt. Kepala Dinas Kesehatan Landak, Sophia Tjakra, workshop tersebut dihadiri 75 peserta terdiri dari petambang emas, tokoh masyarakat dari beberapa kecamatan yang ada di Landak ini. Acara dibuka Kepala Bappeda Landak Alpius, S.Sos mewakili bupati. Sedangkan nara sumkber dari WHO (Word Heal Organition) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, LSM Bali Fokus dan Dirjen P2PL Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (rie)
0 Response to 'Merkuri Mengancam Kesehatan Manusia'
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)