*BRI Siap Kucurkan Kredit Rp.32 M
NGABANG. Petani karet di Kabupaten Landak khususnya di Kecamatan Mandor patut berbangga. Karena tahun ini akan beroperasi pabrik karet untuk produksi kondom dan sarung tangan. Lateks atau air getah hasil torehan masyarakat bisa langsung dibeli oleh perusahaan.
“Perlu saya informasikan, tanggal 12 Desember lalu, saya diundang oleh BRI Pusat dalam hal ini Divisi Agribisnis untuk membicarakan kelanjutan pabrik karet di Mandor dan ini sudah ada titik terangnya, karena BRI bersedia mengucurkan atau memberikan kredit sebesar Rp. 32 miliar untuk pembiyaan pabrik karet tersebut,” ungkap Bupati Landak DR Drs Adrianus Asia Sidot MSi dihadapan anggota DPRD Landak pada kesempatan pidato sidang paripurna, baru-baru ini.
Namun, lanjut pria jebolan doktoral Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung ini, persoalan sekarang adalah, perusahaan mana yang akan menangani pabrik karet ini. Dari BRI menghendaki agar Pemkab Landak membentuk Perusahaan Daerah (Perusda) untuk menangani pabrik ini. Perusda ini merupakan investor yang akan menangani pabrik selanjutnya. “Ada dua hal yang kami mintakan jaminan dari Badan Tenaga Nuklir Nasional atau Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) yang merancang peraltan ini,” ujar Adrianus.
Karena pabrik ini akan menggunakan teknologi mutahir yang disebut dengan pabrik dengan sistem berkas elektron. Jadi karet atau lateks ini dirediasi dengan elektron dengan kekuatan listrik 25 ribu kilo ton sehingga menghilangkan sifat negatif dari lateks yaitu protein alergennya yang bisa menyebabkan alergi bagi pemakai dan juga protein dalam karet yang bisa merangsang tumbuh sel-asel kanker. “Nah dua komponen ini yang dihilangkan melalui teknologi ini. Sehingga ketika kaum pria memkaia kondom dari hasil pabrik ini mereka tidak takut pada alergi atau merangsang sel kangker. Kemudian bagi ibu-ibu melahirkan di tolong oleh bidan dengan sarung tangan hasil pabrik ini juga tak perlu khawatir atau takir akan alergi dan menimbul kangker karena dua aspek sudah dihilangkan,” ungkap mantan Kadis Pendidikan ini.
Menurutnya, harga mesin karet ini Rp 12 milair akan ditempatkan dalam satu kontainer yang akan dibawa oleh trainer masuk ke kebun-kebun rakyat. Jadi, apabila nanti apakah dinas perkebunan atau PU mengajukan anggaran untuk pembangunan jalan-jalan produksi di kebun karet, ini gunanya untuk memudahkan kontainer masuk di kebun rakyat. “Untuk saat ini kita fokus di Mandor karena sudah tersedia 400 hektar kebun karet yang sudah siap disadap, kalau ini bisa direalisasikan tahun 2010, maka akan beroperasi juga tahun ini. Sehingga nanti kalau ada investor apakah dari Perusda, nanti akan minta persetujuan secara khusus dengan anggota DPRD yang terhormat untuk mendiskusikan dan mengundang dari Batan, Badan Kapet dan Perusda Provinsi,” tegas Adrianus.
Adrianus menambahkan, baru mesin saja sudah Rp. 12 miliar, belum termasuk kontainet, trailer dan modal untuk membeli lateks. Jika sampai produk jadi berupa kondom dan sarung tangan diperlukan biaya Rp.32 miliar. Maka, pihaknya juga setelah minta jaminan dari Batan tentang tanggungjawab atau mengawal mesin, ia juga minta jaminan pasar untuk hasil produksi.
“Pasar yang dituju diproyeksikan perusahan Amerika yang berkedudukan di Banjar Masin. Pabriknya sama tapi belum operasi dan yang memberikan kredit juga BRI, kenapa mereka belum opesai karena kebun karet belum berproduski, nah kita satu langkah sudah di depan sudah punya kebun karet,” ungkap Adrianus.
Selain itu juga ada permintaan dari Negara Eropa dan Jerman untuk disuplai hasil pabrik ini. Tapi karena untuk sementara produksi mesin 1,8 ton perhari. Dikhawatirkna kalau merambah pasar luar negeri bisa tak mampu mensuplai barang. “Maka kita fokus dalam negeri dulu. Kalau sudah berkembang baru kita jajaki pasar luar negeri,” tandas Adrianus. (rie)
0 Response to 'Tahun Ini Pabrik Kondom Berdiri'
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)